Minggu, 25 Desember 2011
Sabtu, 03 Desember 2011
Mengukur Seberapa Kreatif Saya Sebagai Guru
Oleh : Didi Suradi
Belakangan ini saya mendapat banyak banyak nasehat dari beberapa teman. Nasehat itu sekaligus sebagai penggugah hati. Dan yang paling membuat sulit tidur adalah pertanyaan “apakah saya termasuk seorang guru yang kreatif?”.
Perasaan sih, selama menjadi guru, saya termasuk salah seorang yang selalu ingin mencoba hal-hal baru dalam mengajar. Rasanya malu sekali jika masuk kelas untuk mengajar selalu memakai cara yang sama. Saya menyadari jaman telah berubah dan terus akan berubah. Seorang siswa sangat mungkin tahu suatu informasi lebih banyak dari gurunya. Kalau siswa sering mengakses internet di rumahnya, atau selalu membaca banyak buku, sedangkan jika gurunya hanya mengandalkan satu buku paket saja, apa tidak mungkin kalau murid akan lebih tahu dari gurunya? Jangan sampai saya mengalami hal seperti itu.
Saya sering mengikuti pelatihan, workshop, atau seminar mengenai pendidikan. Dan, hal ini sangat membantu saya meningkatkan kinerja sebagai seorang guru. Tapi apakah itu semua membuat saya menjadi seorang guru kreatif saat ini?. Kalau ukuran keberhasilannya adalah output atau perilaku yang tampak pada siswa setelah melakukan kegiatan belajar dengan saya, maka saya belum puas. Kreatifitas siswa masih rendah!
Ini tantangannya,
Jika saya menginginkan siswa selalu mencoba hal baru, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa mampu melihat dan mengembangkan potensi yang dimiikinya, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa mampu lebih cerdas dalam mengambil keputusan, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa tak pernah bosan belajar, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa mampu memanfaatkan semua peluang yang ada untuk berhasil, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa tak pernah putus asa, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa dapat mendaur ulang barang-barang bekas menjadi sesuatu yang bernilai jual, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa terampil berbicara dimuka umum, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa mampu menghargai pendapat orang lain, maka sayapun harus seperti itu.
Jika saya menginginkan siswa memiliki keterampilan menulis, maka sayapun harus seperti itu.
Dan banyak lagi yang lainnya.
Sebagian ciri tadi belum banyak saya dapatkan dari siswa. Wajar jika saya kurang puas. Lalu, seberapa kreatifkah saya saat ini? Rupanya saya harus lebih banyak belajar dan mempraktekannya lagi.
Tulisan ini Cuma bahan renungan dan introspeksi buat diri saya pribadi.
Selasa, 29 November 2011
CAHAYA YANG MENERANGI DENGAN PENGORBANAN DAN CINTA KASIH
(RESENSI BUKU GURU TANGGUH BERHATI CAHAYA)
OLEH : DIDI SURADI, M.Pd
Siapa yang tak kenal dengan Om Jay? Sapaan sayang dari Wijaya Kusuma. Dia sangat dikenal bak selebritis di dunia maya, khususnya di kalangan para blogger. Selain karena kepiawaiannya menuangkan ide dalam tulisan di blognya, juga beberapa tulisannya telah dicetak menjadi buku yang best seller. Salah satu buku yang harus dibaca oleh para pendidik di tanah air ini adalah guru tangguh berhati cahaya.
Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Om Jay ini menuturkan berbagai permasalahan yang melanda dunia pendidikan. Mulai kendala yang dihadapi guru di dalam kelas sampai pada kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Sekilas pembahasan dalam buku ini nampak begitu luas dan kurang fokus. Namun pembaca dapat menarik satu benang merah melalui pesan yang disampaikan dari setiap kisah yang dituliskan di setiap bagiannya. Om Jay berusaha berbagi pengalaman dan pemikiran dengan para pembacanya. Misalnya pada bagian ujian nasional untuk siapa? Om Jay mengutarakan keberatan hatinya terhadap pelaksanaan ujian nasional. Menurutnya, pemerintah terlalu memaksakan kehendak tanpa memikirkan lebih jauh dampaknya terhadap psikologis peserta didik.
Secara tersirat Om Jay mengemukakan pelaksanaan ujian nasional sangat tidak rasional, sebab tujuannya untuk menentukan kelulusan bukan hanya sekedar pemetaan kualitas pendidikan. Akhirnya, meskipun ujian nasional terus berlangsung, namun kualitas pendidikan tetap saja timpang. Saat ini sekolah mengenal kasta, ada sekolah favorit, sekolah unggulan, sekolah bertaraf internasional dan sebagainya. Dan diantara kasta-kasta itu alat untuk mengukur kualitasnya sama, yaitu soal ujian nasional. Apakah ini rasional?
Hal lainnya yang dibahas dalam buku ini adalah pentingnya pendidikan karakter diberikan di sekolah. Sebab sekolah bukan hanya bertugas mencerdaskan otak tetapi juga watak. Pendidikan karakter yang diberikan disekolah harus menjadi school culture yang harus ditaati oleh setiap stakeholder sehingga menjadi sebuah kebiasaan atau habbit yang akan diterapkan jika mereka kembali ke lingkungan masyarakatnya. Lalu pendidikan karakter yang seperti apa yang harus diterapkan disetiap sekolah? Tentunya harus disesuaikan dengan visi dan misi yang diemban oleh sekolah tersebut.
Penulis juga memberikan beberapa tips kepada para guru. Misalnya, jadikan sekolah sebagai rumah kedua, refleksi sebelum tidur, menjadi pendidik yang humanis, menjadi guru ideal, dan agar belajar menjadi menyenangkan. Melalui tulisan ini Om Jay berusaha berbagi pengalaman pribadiya selama menjadi guru di labs school. Jika kita cermati, patutlah kita semua melakukan hal yang sama agar kualitas pendidikan di sekolah kita lebih baik.
Selanjutnya, pembaca akan dibekali sebuah kekuatan untuk tidak takut melakukan penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas. Om Jay menegaskan, menulis itu mudah. Jadi jangan pernah takut untuk menulis. Namun Om Jay juga mengingatkan, bahwa tak perlu menjadi plagiat pada saat menulis. Perlu ketelitian dalam mengutip karya orang lain.
Banyak lagi ilmu yang bisa kita dapatkan dari buku ini. Sayangnya, setiap bagian dari buku ini tidak disusun per kategori. Misalnya kategori guru dan tugas kesehariannya, guru dan permasalahan kebijakan pendidikan, guru dan interaksinya dengan peserta didik, hak dan kewajiban guru, motivasi guru dan sebagainya. Namun secara keseluruhan isi buku ini sangat menarik dan layak dibaca oleh para guru. Selamat buat Om Jay, kami tunggu buku selanjutnya.
Mari Katakan : Selamat Tinggal Game, Selamat Datang Blog
Laporan Kegiatan Seminar :
“ Memanfaatkan Blog Sebagai Media Pembelajaran”
Oleh : Didi Suradi, M. Pd
Pernah dengar ungkapan bahwa dunia akan terus berubah tanpa harus menunggu kita siap?. ya, dunia setiap detik berubah, dengan atau tanpa kita. Lihat saja, ilmu pengetahuan terus berkembang. Apakah kita sudah mengikuti perkembangan itu setiap saat?. Bahkan siswa-siswi kita mungkin lebih tahu tentang internet, tapi apakah mereka telah memanfaatkannya dengan baik? Kenyataannya, internet Cuma mereka gunakan sebagai alat baru bermain game dan facebook. Apakah kita akan membiarkannya terus seperti itu? Bukankah internet seharusnya mereka jadikan sebagai sumber belajar? Apa yang harus dilakukan guru saat ini?
K |
ita berada pada jaman serba internet. Semua informasi dapat dengan mudah kita peroleh disana dengan sangat mudah. Hal ini menjadi pesaing baru bagi guru yang dahulu memiliki peran sebagai sumber ilmu pengetahuan. Karena itu siapapun saat ini dituntut untuk bisa menguasai internet, termasuk guru dan para siswa.
Jika kita perhatikan penggunaan internet dikalangan pelajar, saat ini sudah semakin meluas sampai ke pelosok daerah. Hal ini ditandai dengan menjamurnya bisnis warnet (warung internet). Sisi positifnya adalah, pelajar menjadi seorang yang mampu menguasai teknolongi. Namun jika tidak diimbangi dengan pengawasan dari orangtua dan guru maka mereka hanya akan menjadi korban teknologi, khususnya internet.
Berdasarkan pengamatan, dari sepuluh remaja yang mengunjungi warung internet (warnet), delapan diantara mereka akan bermain game, dan satu orang diantara mereka mengakses facebook, sedangkan satu orang sisanya merasa bimbang mau bermain game atau mengakses facebook. Akhirnya salah satu diantaranya ia lakukan juga.
Bayangkan jika mereka itu adalah siswa-siswi kita di sekolah. Bukankah kita menginginkan mereka dapat memanfaatkan teknologi dengan baik? Tapi apakah kita sudah membekali mereka dengan pengetahuan yang cukup tentang pemanfaatan internet? Setidaknya, apakah kita sudah menugaskan mereka menggali pengetahuan dari internet? Jika belum pernah, maka siswa-siswi kita akan mengakses internet hanya untuk bermain game, facebook, twitter atau mendownload film dan lagu.
Lalu, sampai kapan kita sebagai guru membiarkan hal ini terus berlangsung?
Beruntung sekali, saya termasuk salah seorang yang berkesempatan mengikuti seminar pemanfaatan blog sebagai media pembelajaran, pada minggu, 20 Nopember 2011 di kantor walikota Bekasi. Seminar yang sangat baik ini dipelopori oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Bekasi bekerjasama dengan Blogger Bekasi dan Indosat. Semua pembicara mampu menginspirasi saya. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat bermanfaat.
Pembicara pertama, mengemukakan berbagai manfaat blog. Dari materi ini ada sebaris kalimat yang sangat berkesan, yaitu, jika kita tak mampu mengajak anak untuk aktif berdiskusi di dalam kelas, maka kemungkinan besar akan berhasil jika berdiskusi melalui blog. Selain lebih menarik, diskusi melalui blog menimbulkan keasyikan tersendiri karena bisa dipadukan dengan penyaluran hobi menulis dan minat terhadap internet.
Pembicara kedua membimbing seluruh peserta membuat blog. Dari kegiatan ini, nampak banyak sekali guru yang baru mengenal blog. Ternyata, membuat blog itu susah-susah gampang. Tapi dengan bimbingan seluruh panitia seminar, akhirnya seluruh peserta berhasil membuat blog. Termasuk saya, kini memiliki sebuah blog baru, tantangan berikutnya adalah mengisi blog dengan berbagai tulisan yang baik agar dibaca oleh banyak orang.
Pembicara berikutnya memberikan materi tentang etika ngeblog. Gak ada yang sulit, tulis saja apa yang mau kita tuliskan di blog. Yang penting, tulisan itu dalah hasil karya sendiri, kalaupun mengambil dari sumber lain harus dicantumkan sumbernya. Tulisan jangan mengandung unsur sara dan fitnah. Harus lakukan cek dan recek sebelum dipublikasikan. Dan yang penting, jangan pernah bosan menulis.
Pembicara terakhir adalah Om Jay, beliau menuturkan tentang manfaat blog sebagai media pembelajaran. Beliau menyadarkan peserta tentang konsep C-Generation. Guru tidak boleh gagap teknologi, apalagi harus kalah dari muridnya. Diakhir pembicaraan beliau memotivasi peserta untuk menjadi guru yang kreatif dan banyak menulis. Beliau mengutip pesan seorang sahabat Rasulallah, ikatlah ilmu dengan menuliskannya.
Minggu, 20 November 2011
IMAGING THE POWER OF QIYAMULLAIL OLEH : LEVEL TUJUH
“Rasulallah dan para sahabat menjadikan Qiyamullail sebagai pakaian mereka. Hal seperti itu menandakan qiyamullail merupakan bagian dari kebutuhan hidup bagi Rasul dan sahabat. Tidak semalampun mereka lewatkan tanpa qiyamullail”.
U |
ngkapan di atas merupakan bagian dari sambutan bapak kepala sekolah, Ir. Sahid Hudri pada upacara pembukaan “the power of qiyamullail 1” yang diadakan oleh level VII pada tanggal 14-15 Oktober 2011. Pada kesempatan itu bapak kepala sekolah menambahkan, bahwa meskipun pada malam harinya Rasul dan sahabat melaksanakan qiyamullail, namun pada siang harinya mereka tetap melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Jadi, beribadah di malam hari bukan satu alasan untuk bermalas-malasan di siang harinya. Jika pada siang hari muncul rasa malas dalam beraktivitas, maka kemungkinan besar ada sesuatu yang salah pada qiyamullail kita.
Selanjutnya diungkapkan pula oleh bapak kepala sekolah tentang pentingnya melaksanakan qiyamullail. Qiyam berarti berdiri, dan lail berarti malam. Qiyamullail artinya menghidupkan waktu malam hari untuk berhubungan dengan Allah SWT., dengan melakukan shalat. Kita biasa menyebutnya dengan shalat tahajud.
Diakhir sambutannya, bapak kepala sekolah menyinggung tentang tema yang diusung pada the power of qiyamullail 1, yaitu “singkirkan kemalasan, raih kesuksesan”. Beliau memandang tema ini sesuai dengan nilai-nilai qiyamullail. Beliau mencontohkan, Umar Bin Khattab yang mempunyai gelar singa padang pasir, tetap beraktivitas di siang hari dan beribadah pada malam hari. Tanpa merasa lelah, tanpa merasa jenuh, tanpa merasa bosan. Siswa-siswi SMP al muslim khususnya level VII, diminta mencontoh perbuatan Umar bin Khattab tersebut. Karena siswa-siswi SMP al muslim merupakan calon pemimpin di masa depan, maka perlu memiliki spiritual yang tinggi. Untuk itu perlu menjadikan qiyamullail sebagai pakaian, seperti yang di contohkan rasul dan sahabat.
Pada acara pembukaan ini ditampilkan pembacaan al qur’an dengan metode tilawati oleh perwakilan siswi kelas VII Khadijah dan saritilawah oleh perwakilan siswa kelas VII putra. Sedangkan MC dibawakan oleh perwakilan dari kelas VII Aisyah. Pembukaan ini berlangsung dengan sangat tertib.
The Power of Qiyamullail 1, merupakan program kerja level VII. Kepanitiaan kegiatan ini meliputi seluruh wali kelas level VII yaitu : Bapak Didi Suradi, Ibu Agus Ratnaningrum, Ibu Ipu Puspitadewi, Ibu Emar Sulastri dan Ibu Elsa Permadian. Dibantu oleh Pak Haris Agung dan Kak Nurhayati.
Pada kesempatan ini diundang seorang guest teacher dari lembaga Element – T, yaitu Pak Oki. Beliau memberikan motivasi dan inspirasi pada seluruh siswa dan siswi yang mengikuti kegiatan ini. Kesimpulan dari motivasi yang beliau tuturkan adalah, bahwa seorang siswa yang ingin berhasil dalam hidupnya harus mau mendengarkan setiap pembicaraan atau nasihat dari setiap orang. Menjadi pendengar yang baik, berarti akan menyerap banyak informasi. Jika seseorang tidak mampu menjadi pendengar yang baik, maka Ia akan kehilangan banyak sekali informasi penting. Inspirasi ini juga dilengkapi dengan berbagai game. Beliau juga meminta pada siswa dan siswi agar mencintai Rasulallah dan menjadikannya sebagai suri tauladan. Diiringi dengan senandung shalawat bersama-sama, beliau mengutarakan berbagai keteladanan yang harus dika ambil dari pribadi Rasulallah. Rasulallah adalah pribadi yang rajin, jujur dan memiliki kepedulian yang tinggi.
Sebagai contoh perbuatan nyata tentang kepedulian, Siswa dan siswi harus menganggap sekolah adalah milik mereka dan rumah mereka. Karena itu harus dijaga kebersihannya dengan baik. Jika lingkungan kotor, harus mereka sendiri yang membersihkannya, tidak hanya mengandalkan office boy saja. Siswa-siswi diminta melakukan simulasi dengan merapihkan sandal dan al qur’an yang tidak tersusun rapi secara bersama-sama. Kemudian beliau bertanya, lebih nyaman mana, sebelum atau sesudah dirapihkan. Seluruh siswa menjawab, setelah dirapihkan. Inilah salah satu nilai-nilai baik yang siswa-siswi dapatkan dari kegiatan ini.
Beliau juga menganggap penting menumbuhkan semangat nasionalisme untuk meningkatkan citra Indonesia dimata dunia. Generasi muda Indonesia harus rajin belajar agar menjadi generasi yang cerdas. Generasi muda harus giat bekerja agar tidak tertinggal. Dan banyak lagi harapan lainnya.
Acara guest teacher yang berlangsung dari pukul 20.00 sampai 22.00 wib ini, ditutup oleh renungan yang membuat siswa-siswi mendapatkan pengalaman spiritual baru. Menumbuhkan rasa cinta pada Allah, cinta pada kedua orangtua dan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri. Sungguh, malam ini menjadi satu malam yang berarti bagi seluruh siswa dan siswi SMP al Muslim.
Selain kedua agenda di atas, the power of qiyamullail 1 diisi pula oleh berbagai kegiatan lainnya, seperti lomba membuat yel-yel antar kelompok. Setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok. Beraarti seluruh peserta lomba ini adalah sepuluh kelompok. Suasana sangat meriah, karena seluruh kelompok berusaha menampilkan yel-yel yang terbaik. Mereka tampak begitu kompak dan penuh kerjasama.
Kegiatan ini yang sudah dipersiapkan dengan baik dari jauh-jauh hari ini tidak saja dilaksanakan oleh guru, tetapi juga melibatkan siswa-siswi di level VII. Diantaranya adalah proses pembuatan spanduk kegiatan. Proses pengerjaannya membutuhkan waktu satu hari dengan menggunakan kertas-kertas asturo bekas, namun hasilnya sangat memuaskan. Siswa cukup terampil dan kreatif.
Sebelum acara penutupan, seluruh siswa melakukan operasi semut. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok dengan lokasi berbeda. Operasi semut melatih disiplin dan tanggungjawab siswa serta memupuk rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Penutupan dimulai dengan pengumuman pemenang lomba membuat yel-yel, tentunya disambut riuh oleh seluruh siswa. Seluruh kelas mendapatkan hadiah dari kerja keras mereka, dan mereka sangat puas. Pak Didi menyampaikan evaluasi kegiatan, pak Hudri memberikan wejangan dan diakhiri dengan kata-kata penutup. Akhirnya, kegiatan ini diakhiri dengan acara foto bersama seluruh kelas. Tepat jam 08.30 wib, kegiatan ini berakhir, dan siswa dapat pulang ke rumah masing-masing.
Secara keseluruhan, kegiatan ini berlangsung baik, namun didapati beberapa hal yang perlu diperbaiki pada kegiatan the power of qiyamullail 2 diantaranya adalah, meningkatkan keterampilan siswa menjadi pendengar yang baik dan melatih siswa memanfaatkan waktu dengan baik pula. Hal ini perlu dilakukan karena siswa belum mampu fokus dan konsentrasi dalam mendengarkan tausiyah atau motivasi dari para pembimbing dan guest teacher. Sementara itu, pada malam hari siswa sulit sekali tidur karena keasyikan bermain atau sekedar ngobrol dengan teman-temannya, sehingga merasa mengantuk dan lelah pada saat melaksanakan qiyamullail.
Akhirnya dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami bangga kegiatan the power of qiyamullail 1 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana. Semoga Allah SWT., memberikan bimbingan kepada kami semua untuk menjadikan qiyamullail sebagai pakaian kami. Amin ya robbal ‘alamin.
Langganan:
Postingan (Atom)