Mengapa sekolah ini jadi penuh dengan hardikan, teriakan dan bentakkan! apakah seperti ini pendidikan karakter yang diberikan?
Memang dengan bentakan dan hardikan siswa menjadi diam. Tapi bukan karena patuh, melainkan karena takut. Kepatuhan mereka semu! Menghardik adalah menyelesaikan masalah secara instan. tapi dampaknya sangat besar. Siswa yang terbiasa dengan hardikan akan cenderung menghardik dan berperilaku kasar dimasa dewasanya.
Seharusnya kita sebagai pendidik sadar, bahwa usia SMP memang penuh dengan masalah. Mereka sedang mencari identitas diri.
Masih banyak cara lain dalam menanamkan nilai-nilai baik, bukan dengan teriakan atau hardikkan. (masih akan dilanjutkan)
Rabu, 18 Agustus 2010
Terkunci di gerbang luar sekolah anakku
Pagi ini seperti biasa. Jam 05.45 aku antar Akhdan Mumtaz, anakku yang ke dua ke sekolahnya. Biasanya pintu gerbang sekolah sudah terbuka setiap kami tiba disana, kurang lebih 05.55. Tapi pagi ini, gerbang ini masih tertutup. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Semua orang di dalam gerbang, aku pikir masih tertidur. "Pasti mereka tidur lagi setelah sahur tadi" pikirku. Baiklah aku tunggu saja tanpa harus mengganggu mereka. Lima belas menit berlalu, aku tak sabar lagi. Ada satu siswa lainnya disampingku.
Kunci gembok mulai aku ketok-ketokkan ke pintu gerbang yang terbuat dari besi. Suaranya keras. Tak ada reaksi juga. Lalu aku berteriak keras. "Assalammu'alaikum......"! berkali-kali. Sampai akhirnya ada satu orang yang datang sambil menggosok-gosok matanya. Ternyata dia adalah pemilik yayasan ini. "Kesiangan Pak." kataku. "Anak-anak belum pada bangun, Pak" katanya. yang dia maksud adalah para karyawannya yang memang tinggal dalam kawasan sekolah ini. Lalu dia bukakan pintu dan kami masuk. Aku pamit pada anakku, "Bapak langsung pergi ya, nak". Anakku mengangguk. Aku tinggalkan dia di pos keamanan karena ada satu kakak kelasnya dari SMP. Aku perkenalkan mereka supaya bisa akrab setelah aku pergi. Nama anak itu, Didi. Sama dengan nama ku.
Sekolah ini cukup luas juga, setidaknya ada satu rumah tinggal, satu gedung SMP dua lantai yang cukup luas, Satu gedung SD dua lantai, Satu gedung TK dan arena bermainnya, Satu kantin, satu masjid, dan beberapa fasilitas lainnya seperti dapur, kamar mandi, lapangan basket dan areal bermain anak-anak. Cuma sayangnya, sekolah ini hanya mempunyai satu gerbang yang dibuka tutup secara aktif. gerbang lainnya hanya dibuka sewaktu-waktu saja jika ada keperluan mendesak. Gak habis pikir, kok ada ya sekolah yang gerbangnya masih tertutup di jam masuk begini. Jika memang untuk alasan keamanan, seharusnya mereka kan punya sebuah sistem yang baik agar tidak merugikan siswa.
Semoga ini yang pertama dan terakhir.
Kunci gembok mulai aku ketok-ketokkan ke pintu gerbang yang terbuat dari besi. Suaranya keras. Tak ada reaksi juga. Lalu aku berteriak keras. "Assalammu'alaikum......"! berkali-kali. Sampai akhirnya ada satu orang yang datang sambil menggosok-gosok matanya. Ternyata dia adalah pemilik yayasan ini. "Kesiangan Pak." kataku. "Anak-anak belum pada bangun, Pak" katanya. yang dia maksud adalah para karyawannya yang memang tinggal dalam kawasan sekolah ini. Lalu dia bukakan pintu dan kami masuk. Aku pamit pada anakku, "Bapak langsung pergi ya, nak". Anakku mengangguk. Aku tinggalkan dia di pos keamanan karena ada satu kakak kelasnya dari SMP. Aku perkenalkan mereka supaya bisa akrab setelah aku pergi. Nama anak itu, Didi. Sama dengan nama ku.
Sekolah ini cukup luas juga, setidaknya ada satu rumah tinggal, satu gedung SMP dua lantai yang cukup luas, Satu gedung SD dua lantai, Satu gedung TK dan arena bermainnya, Satu kantin, satu masjid, dan beberapa fasilitas lainnya seperti dapur, kamar mandi, lapangan basket dan areal bermain anak-anak. Cuma sayangnya, sekolah ini hanya mempunyai satu gerbang yang dibuka tutup secara aktif. gerbang lainnya hanya dibuka sewaktu-waktu saja jika ada keperluan mendesak. Gak habis pikir, kok ada ya sekolah yang gerbangnya masih tertutup di jam masuk begini. Jika memang untuk alasan keamanan, seharusnya mereka kan punya sebuah sistem yang baik agar tidak merugikan siswa.
Semoga ini yang pertama dan terakhir.
Langganan:
Postingan (Atom)